Abu Kosim
adalah seorang laki-laki setengah baya yang hidup di kota Bagdad.
Badannya kurus dan kecil, jenggotnya mirip jenggot kambing. Ia hidup
seorang diri di rumah yang cukup sederhana. Selama ini Abu Kosim dikenal
sebagai orang yang pelit pada dirinya sendiri. Barang-barang yang
dimilikinya tidak akan dibuang atau diberikan kepada orang lain sebelum
terlihat amat dekil.
Salah
satunya adalah sepatu. Sepatu terbuat dari kulit unta yang telah
dipakai bertahun-tahun itu tetap dipertahankan meskipun sudah sangat
dekil, berlubang di sana-sini dan menyebarkan bau tidak sedap. Suatu
hari Abu Kosim bertemu dengan sahabat lamanya di kolam renang. Di tempat
tersebut sahabatnya berjanji akan membelikan sepatu baru. "Karena saya
lihat sepatu kamu sudah bau tong sampah," kata sahabatnya sedikit
menyindir. "Wah, kalau begitu terimakasih," ucap Abu Kosim tanpa merasa
tersindir sedikit pun. Sewaktu Abu Kosim selesai mandi, di dekat sepatu
bututnya ada sepatu baru yang amat bagus.
Warnanya hitam dengan
hiasan warna emas di sana-sini. "Sahabatku memang baik," gumam Abu Kosim
tercengang melihat sepatu itu. Ia kira sepatu itu dari sahabatnya.
Tanpa berpikir panjang lagi ia memakainya dan membawanya pulang. Tetapi
apa yang terjadi? Tidak lama setelah Abu Kosim duduk di ruang tamu
rumahnya, datang seorang pengawal kerajaan membawa surat penangkapan.
"Apa salah saya?" tanya Abu Kosim. "Kamu telah mencuri sepatu Gubernur,"
jawab pengawal. "Mencuri? Yang benar saja," Abu Kosim merentangkan
tangannya. "Tadi saya memang baru diberi sepatu baru oleh sahabat lama
saya. Bukan mencuri seperti yang kamu tuduhkan!" Abu Kosim tidak terima.
"Saya hanya diminta menangkap tuan. Kalau keberatan, silakan tuan
kemukakan alasan tuan di persidangan," ujar pengawal.
Akhirnya
dengan terpaksa Abu Kosim mengikuti pengawal. Di balairung ia sudah
ditunggu Gubernur beserta Tuan Hakim. "Abu Kosim, kamu telah mencuri
sepatu Gubernur dan menukarnya dengan sepatumu. Karena kamu telah
melanggar hukum, kamu didenda 50 dinar," kata Hakim usai membacakan
kesalahan Abu Kosim. Tanpa memberi alasan lagi Abu Kosim mengeluarkan
uang dendanya dan mengembalikan sepatu Gubernur serta mengambil sepatu
bututnya. "Sepatu ini benar-benar membuat sial!" sungut Abu Kosim begitu
keluar dari balairung, "lebih baik dibuang di sungai saja," putusnya
kemudian.
Hari itu juga, sebelum sampai di rumah Abu Kosim
membuang sepatunya ke sungai. Namun dasar sedang sial, sepatu yang
dibuang itu ternyata tersangkut di jala seorang nelayan miskin. Beberapa
jam kemudian datang pengawal membawa surat penangkapan. "Sepatu yang
kamu buang telah merusak jala seorang nelayan miskin, sehingga ia tidak
mendapatkan ikan," alasan pengawal. Untuk kedua kalinya di hadapan
Gubernur Abu Kosim didenda. Kali ini dia harus mengganti segala kerugian
yang diderita nelayan itu, gara-gara sepatu bututnya. "Benar-benar
sepatu sialan!" umpat Abu Kosim begitu kembali ke rumah, "Mungkin aku
harus membuangnya di tempat yang tidak dilalui orang," terusnya sambil
berpikir keras. Malam harinya Abu Kosim berjalan menyusuri kota dan
menemukan bangunan kuno tertinggi di Kota Bagdad.
Di atas genteng
bangunan itulah ia membuang sepatunya. Ternyata apa yang diperkirakan
Abu Kosim meleset. Memang bangunan itu tidak dilewati orang, tetapi di
situ ada penghuninya, yaitu seekor kucing. Karena merasa terganggu
dengan bau busuk sepatu Abu Kosim, kucing tersebut menjatuhkannya. Pada
saat itu di bawah gedung ada seorang laki-laki lewat dan sepatu Abu
Kosim mengenai kepalanya. Lakilaki itu langsung mengadu-kan kepada
Gubernur.
Sekali lagi Gubernur memanggil Abu Kosim. "Untuk ketiga
kalinya kamu membuat kesalahan, karena itu selain didenda kamu juga
ditahan selama satu minggu!" Hakim memutuskan di persidangan. Nah, di
dalam sel itulah Abu Kosim baru sadar akan sifat pelitnya selama ini
yang ternyata telah menyengsarakannya dan menyengsarakan orang lain.
Setelah keluar dari penjara ia menghadap Gubernur. "Yang mulia, saya
ingin membuat perjanjian," kata Abu Kosim sungguh-sungguh, "saya akan
membuang sepatu butut ini dan akan membeli sepatu baru. Dengan begitu
apa pun yang terjadi akibat sepatu ini jangan dikaitkan dengan saya,"
katanya lagi. Gubernur tersenyum tanda setuju. Terlebih lagi setelah Abu
Kosim berjanji akan merubah sifat pelitnya selama ini.
Senin, 07 Oktober 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar